Pelajaran penting saya dapat dengan tidak sengaja. Buah manis atas silaturahim saya dan istri ke Babeh, salah satu tetangga saya. Saat saya dan istri silaturahim, dalam suatu obrolan ringan, saya bertanya, “Apakah masih memelihara ayam?” Pertanyaan yang bersumber dari keinginanku untuk punya ternak peliharaan ayam. Jadi sedikit banyak saya ingin belajar.
Spontan Babeh bercerita soal jumlah ayam dan entognya yang semakin banyak. Lalu saya melanjutkan pertanyaan, “Pakan sehari-harinya apa?” Pertanyaan ini juga bersumber pada hasratku yang ingin punya peliharaan ternak ayam karena ingin memanfaatkan sampah sisa makanan dan sayuran rumah tangga. Rasanya sedih setiap hari harus membuang sampah sisa makanan dan sayuran begitu saja. Terpikir andai punya ternak ayam, maka bisa diberikan sebagai pakan ke ayam.
Babeh pun bercerita, “Pakan utamanya dari sampah sisa makanan dan sayuran dari rumah dan warung makan tempatku kerja. Setiap harinya hampir 1-3 ember sampah tersebut saya gunakan untuk pakan.” Mendengar penjelasan Babeh, tentu saja mata saya berbinar. Apa yang kurasakan ternyata dirasakan juga oleh Babeh: rasa sayang pada sampah sisa makanan dan sayuran dari dapur rumah yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ayam.
Saya lanjut dengan pertanyaan, “Apakah sisa makanan itu langsung begitu saja diberikan kepada ayam-ayam?” Dengan cepat Babeh menjawab, “Tentu saja tidak. Jika itu dilakukan pasti ayam-ayam akan mati. Awalnya saya juga demikian. Sisa sampah makanan dan sayuran langsung saya berikan ke ayam. Eh, seminggu kemudian banyak ayam yang mati. Tentu saja, sebabnya sisa makanan itu masih tercampur dengan minyak dan bahan lain yang berbahaya buat ayam.”
Saya pun jadi teringat dengan pengalaman memanfaatkan sisa makanan dan sayuran rumah tangga yang saya gunakan untuk pakan lele yang saya ternak di kolam ikan. Hasilnya, tentu saja, air kolam tercemar minyak dan banyak lele yang mati. Saat itu saya salah bereksperimen. Awalnya saya ternak lele dalam kolam tujuannya untuk memanfaatkan sisa sampah makanan dan sayuran rumah tangga. Eh, ternyata tidak jadi karena gagal. Kegagalan ini yang membuat saya ingin bereksperimen ternak ayam untuk pemanfaatan sampah sisa makanan dan sayuran dalam rumah tangga.
“Terus, bagaimana mengolah sampah sisa makanan dan sayuran agar aman bagi ayam?” Babeh pun langsung menjelaskan, “Sangat mudah, kok. Sebelum sampah sisa makanan dan sayuran diberikan untuk pakan ayam, maka sampah sisa makanan dan sayuran itu harus dibersihkan terlebih dahulu. Cukup dibersihkan dengan cara direndam diember, terus dibuang airnya minimal sampai tiga kali. Sampai hilang bekas minyaknya. Jika sudah, lalu campur sampah sisa makanan dan sayuran dengan bekatul dan sayur-sayuran yang dipotong-potong seperti kangkung. Aduk sampai merata dan tercampur semuanya. Setelah itu beru diberikan pada ayam. Insyallah ayam-ayam yang diternak akan sehat dan gemuk.”
Saya dapat ilmu baru soal mengolah sampah sisa makanan dan sayuran rumah tangga untuk jadi pakan ayam-ayam yang sebentar lagi akan kuternak. “Ilmu ini buah dari silaturahim, Yah,” istri berkomentar pada saya. Saya pun mengangguk paham. Tapi, tidak hanya itu. Sesampainya di rumah saya berkata pada istri, “Ilmu dari Babeh tidak hanya soal pakan ternak ayam, tetapi juga soal kesehatan.” Tentu saja istri langsung bertanya, “Maksudnya apa?”
“Sungguh makanan yang kita makan setiap hari ternyata tidak sehat. Terutama yang sudah tercampur dengan minyak dan bahan berbahaya lainnya. Buktinya, lele dan ayam yang memakan sisa sampahnya saja bisa mati. Bagaimana dengan tubuh kita yang setiap hari diasupi makanan yang bercampur dengan minyak dan bahan berbahaya lainnya?” Istri saya mengangguk. Lalu mengajukan pertanyaan, “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”
Saya pun menyampaikan hasil analisis saya pada istri, “Ya, kalau bisa kita jangan atau mengurangi makanan yang bercampur minyak dan bahan berbahaya lainnya. Atau, kalau tidak, kita harus mengimbanginya. Kita harus belajar pada ayam. Selain memakan sampah sisa makanan yang bercampur dengan minyak dan bahan berbahaya lain, ayam juga makan sayuran yang dipotong-potong. Sayuran, dan tentu saja, buah-buahan inilah yang menjadi penetralisirnya sehingga racun yang masuk dalam tubuh melalui makanan yang bercampur minyak dan zat lain akan dinetralisir oleh zat, nutrisi, dan gizi pada sayuran dan buah. Itulah kenapa Babe mencampur olahan sisa sampah makanan dan sayurannya dengan kangkung atau sayuran lain.”
Istri saya menganggukkan kepala seraya menanggapi, “Jadi buah dan sayur harus intens kita makan untuk keluarga kita.” Saya menganggukan kepala. Hasrat untuk beternak ayam pun semakin kuat. Semoga kandang ayam yang sedang dibuat segera jadi, dan segera bisa diisi dengan ayam-ayam. Dari ternak ayam inilah, saya dan istri berharap bisa memanfaatkan sampah sisa makanan dan sayuran rumah dengan baik. Dan tentu saja, setiap hari bisa panen telur-telur ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan gizi dan keluarga, dan semoga bisa juga untuk dibagikan ke tetangga-tetangga dekat rumah
(Heru Kurniawan, Founder Rumah Kreatif Wadas Kelir).