INI SOAL SAKIT

Makkah dan Madinah dengan Indonesia adalah dua teritorial yang berbeda. Berbeda dari aspek cuaca, lingkungan, sosial, aktivitas ritual, hingga kuliner makanannya. Untuk itu, perpindahan tempat seseorang dari Indonesia ke Makkah dan Madinah akan memberikan dampak pada tubuh yang sakit. Jangan bayangkan sakit yang parah. Ini sakit soal reaksi tubuh atas kondisi lingkungan yang berbeda.

Dari sini, saya pun sejak awal menyadari bahwa sakit pada tubuhku akan jadi sesuatu yang pasti terjadi saat tiba di tanah suci Makkah dan Madinah nanti. Kenapa bisa demikian? Karena tubuh kita akan melakukan proses adaptasi dengan lingkungan yang baru. Proses adaptasi yang berdampak pada gejala-gejala sakit pada tubuh.

Tentu saja ini hal yang biasa, tetapi bila tidak disikapi dan diantisipasi dengan baik akan memberikan dampak yang berlanjut. Untuk itu, saya pun berusaha menyikapinya dengan sebijak dan sebaik mungkin dengan sakit yang saya alami selama di Makkah dan Madinah.

Sakit pertama yang saya alami adalah sakit di kaki karena banyak berjalan. Ya, tiba di Makkah saya dan rombongan langsung melakukan umroh wajib (umroh sunnah akan dilakukan dia kali dilanjutkan tawaf wada). Prosesi umroh dari tawaf hingga sa’i dilakukan dengan berjalan. Berjalan mengelilingi Ka’bah selama tujuh putaran dan berjalan-berlari kecil mengelilingi Shafa-Marwah juga tujuh kali putaran. Saat saya mencoba memasang waktu, ternyata membutuhkan waktu sekitar satu jam tiga puluh menit untuk melakukan dua prosesi umroh tersebut. Saya jadi teringat, di rumah saat lari pagi, saya biasanya hanya menempuh waktu tiga puluh menit.

Tentu saja dampak sakit di kaki tidak terelakan. Sakit kaki pun dirasakan oleh jamaah lainnya. Menyikapi ini saya hanya membiarkan saja. Ya, sesekali saya pijat sendiri sambil berdoa memohon kesembuhan. Esok harinya pun sembuh dengan sendirinya. Begitu terus sampai tiga kali umroh selesai. Jadi sakit di area kaki ini adalah dampak yang alamiah saja. Dan, saya sangat senang karena akhirnya sakit di area kaki saya sembuh dengan sendirinya.

Kedua sakit perut. Kenapa? Karena makanan yang terlalu enak buat saya. Selama berada di Makkah dan Madinah makanannya sungguh enak-enak. Tidak heran jika saya makan melebih porsi. Hal itu karena saya ingin mencicipi semua menu yang disediakan dan dibebaskan oleh hotel. Kalau sudah lihat menu makanannya, maka hasrat untuk makan pun tidak terhindarkan.

Dampak yang langsung saya rasakan adalah tubuh terasa tidak enak. Pencernaan terasa lebih cepat bekerja. Tubuh pun jadi tidak nyaman. Saat kondisi ini terjadi, saya langsung menentukan sikap. Saya harus puasa Senin dan Kamis. Selain itu juga mengurangi nasi dan lauk. Lebih banyak makan sayur dan buah. Ya, saya pun selalu puasa Senin dan Kamis dan lebih banyak makan sayuran saja.

Hasilnya beberapa dampak sakit di tubuh bisa diatasi. Efeknya, sakit-sakit lain pun tidak terjadi, seperti batuk, diare, dan flu. Sementara saya melihat banyak jamaah terkena flu, batuk, dan sakit perut. Padahal jamaah lainnya banyak yang sakit. Berpuasa dan memperbanyak makan sayuran menyelamatkanku dari sakit selama di Makkah dan Madinah.

Sakit ketiga adalah sakit tenggorokan. Setelah satu minggu di Makkah, ibadah umroh berlanjut ke Madinah. Saat perjalanan di Madinah saya merasakan tenggorokan sakit. Ya, saya merasakan sakit tenggorokan, dan yang sakit tenggorokan pun tidak hanya saya, beberpa jamaah merasakan hal yang sama. Padahal yang saya tahu, sakit tenggorokan merupakan reaksi atas kekagetan tubuh kita atas keadaan yang berbeda. Jika dibiarkan sakit tenggorokan akan berdampak pada sakit lain misalnya batuk, demam, dan flu. Setelah saya amati diri sendiri, tenggorokan saya semakin sakit setelah makan, terutama makan makanan yang pedas dan asin.

Saat itulah, sakit di hari pertama saya obati dengan obat pereda sakit tenggorokan. Saya mengonsumsi tiga butir obat untuk sehari. Esok harinya, sakit di tenggorokan masih terasa. Lalu, saya tambah dengan berpuasa, kebetulan saat di Madinah tepat di hari Senin. Awalnya saya ragu mau puasa atau tidak. Jujur melewatkan makanan yang lezat dengan kondisi cuaca yang panas, serta banyak kegiatan menimbulkan ketakutan untuk berpuasa. Tapi, berdasarkan pengalaman di rumah, pernah saya sakit tenggorokan dan saya obati dengan puasa, hasilnya malah sembuh. Saya pun kemudian berpuasa. Hasilnya sakit tenggorokan saya mereda drastis. Bisa dikatakan sembuh.

Sakit yang keempat adalah bibir kering dan pecah-pecah. Inilah sakit terlama yang saya alami. Sampai hari ini, hari terakhir di Makkah dan Madinah, bibir saya masih kering dan pecah-pecah. Saya pun mencari informasi penyebabnya di internet. Setelah saya baca ulasannya, saya meyakini bibir kering dan pecah-pecah yang saya alami lebih diakibatkan oleh suhu cuaca dan udara di Makkah dan Madinah.

Saya pun hanya bisa mengobati dengan memperbanyak makan buah dan minum air. Harapannya semoga nanti selepas kembali ke Indonesia bisa sembuh dengan sendirinya. Dan hasilnya, saat sampai di tanah kelahiran, Indonesia, sakit bibir saya yang pecah-pecah pun sembuh dengan sendirinya.

Inilah soal sakit yang saya alami di tanah suci Makkah dan Madinah. Semoga bisa menjadi bahan belajar bersama untuk lebih mencintai tubuh kita yang istimewa ini. Tubuh yang harus diperlakukan dengan baik. Yang salah satunya dengan menjaga makanan dan rutin berpuasa. Semoga bermanfaat.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pencarian

Kategori

Postingan Terbaru

Scroll to Top