Saya sering melihat di rumah-rumah: sandal banyak berserak di teras. Saya pun merasa risih. Pemandangan teras rumah jadi tidak indah. Dari situ saya merenungkan cara bagaimana bisa merapikan sandal-sandal anak-anak di rumah. Saya pun kemudian membeli tempat sandal yang diletakan di depan teras rumah. Saya langsung memberikan perintah pada anak-anak agar setiap masuk rumah, sandal harus ditaruh pada tempatnya.
Apakah berhasil?
Tentu saja tidak. Anak-anak sering lupa. Masuk ke rumah begitu saja, sandal tetap berserak. Anak-anak lupa dengan tempat sandal yang sudah nongkrong. Anak-anak lupa dengan perintah ayahnya. Saya pun berkali-kali merapikan sandal anak-anak untuk ditaruh di tempat sandal. Saya pun kembali memperingatkan anak-anak untuk menaruh sandal pada tempatnya terus-menerus.
Setelah berkali-kali memperingatkan, akhirnya anak-anak mulai tertib menaruh sandal pada tempatnya. Tapi, cara menaruhnya asal-asalan. Sandal tetap berantakan di tempat sandal. Saya pun sering merapikannya sendiri. Saya kembali memperingatkan anak-anak: kalau menaruh sandal pakai tangan dan ditempatkan yang rapi. Perlahan-lahan anak-anak pun mulai tertib menaruh sandal dengan rapi.
Setelah berhasil mengondisikan anak-anak untuk menaruh sandal pada tempatnya, kedisipilnan ini saya bawa ke Rumah Kreatif Wadas Kelir. Saya siapkan tempat sandalnya. Setiap hari saya sampaikan untuk menaruh sandal pada tempatnya. Jika ada sandal berserak, saya selalu perintahkan untuk ditaruh dan dirapikan di tempat sandal. Dengan terus memberi contoh dan memberikan perintah, akhirnya kedisiplinan menaruh sandal di Rumah Kreatif Wadas Kelir pun terbentuk.
Namun, yang perlu direnungkan, untuk bisa mengondisikan anak-anak dan relawan disiplin menaruh sandal pada tempatnya itu membutuhkan waktu berbulan-bulan dan sangat membutuhkan kesungguhan, keteladanan, dan keberlanjutan. Semoga bisa terus dipertahankan.