Sabtu (13/07/2024) menjadi salah satu hari libur yang ditunggu banyak remaja yang hobi rebahan. Kalau sudah rebahan, rasanya nyaman dalam buaian kasih sayang kasur dan bantal. Rafli, salah satu Relawan Rumah Kreatif Wadas Kelir, berharap Sabtu liburan kali ini bisa rebahan di rumah menghilangkan penat setelah selama satu minggu beraktivitas. Sebagai salah satu mahasiswa di kampus negeri di Purwokerto, Rafli memiliki potensi bakat dalam bidang teknologi, sastra, dan penerbitan. Saat sedang beraktivitas dengan perangkat digital itulah, Rafli melihat informasi terkait kegiatan Seminar Retorika Kepemimpinan Pemuda Berorganisasi Bagi Remaja di Rumah Kreatif Wadas Kelir yang diselenggarakan oleh Dosen-dosen Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Rafli sangat tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Ia bergegas meninggalkan buaian kasur dan bantal kesayangannya itu. Ia lalu mandi dan menyiapkan diri untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Sampai di Rumah Kreatif Wadas Kelir, Rafli pun mengikuti rangkaian kegiatan dengan sungguh-sungguh. Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga jam dimulai dari pukul 09.00 sampai 12.00 WIB. Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang kompeten dan berpengalaman dalam bidangnya. Kegiatan ini dimulai dari pembahasan dasar tentang tata cara beretorika dengan baik dan benar, melaksanakan retorika dengan baik, dampak retorika, hingga penilaian atas retorika. Banyak sekali materi tentang retorika yang dijelaskan, salah adalah berbicara retorika sebagai alat komunikasi. Dalam paparan materinya, para pemateri menjelaskan bahwa retorika merupakan proses penyampaian pikiran, ide, dan gagasan dengan bahasa lisan kepada orang lain. Ternyata, dalam berbicara juga memiliki rambu-rambu salah satunya seperti berbicara ketika sudah dipersilakan, berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat, berbicara dengan tutur kata yang sopan dan gestur tubuh yang santun.
Rafli pun sangat antusias menyimak penjelasan pemateri terkait tentang hubungan retorika dan sastra yang mana bahasa dalam sastra bertujuan untuk menunjukkan efek estetis, sehingga bahasa pada karya sastra dapat disiasati dan dimanipulasi. Pengungkapan bahasa dalam sastra juga harus mampu mendukung gagasan secara tepat dan mengandung efek estetis yang diperoleh dengan memanfaatkan unsur retorika yaitu bahasa figuratif dan wujud pencitraan (imaji).
Dalam kegiatan tersebut juga dibuka sesi diskusi yang sangat menarik dengan para pemateri. Salah satu peserta bertanya tentang bagaimana tips dan trik menghadapi kegugupan ketika kita ditunjuk untuk berbicara menyampaikan sesuatu di atas panggung dan dihadapan masa yang banyak? Para pemateri mengatakan salah satu tips dan triknya adalah bisa dengan menarik nafas dan menahannya selama kurang lebih sepuluh detik lalu keluarkan. Pemateri juga mengajak para peserta untuk mempraktikkan tata cara dalam beretorika dengan baik dan benar. Harapannya, dari kegiatan tersebut para peserta bisa lebih mendapatkan pemahaman dan keterampilan dalam beretorika guna menunjang kepemimpinan dalam berorganisasi khususnya untuk kalangan remaja di Wadas Kelir.
Waktu tiga jam pun terasa sangat singkat. Rafli dan peserta lainnya mengikuti kegiatan sampai selesai dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat. Kegiatan selesai, Rafli dan peserta lainnya pun pergi meninggalkan Rumah Kreatif Wadas Kelir.
(Muhammad Noval Rofif, Mahasiswa PAI UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto dan Relawan Rumah Kreatif Wadas Kelir)