Waktu masih terus berdetak Atma rinduku semakin tercekat Ia bermuara di palung sukma yang tampak cacat Lalu tenggelam dalam jarak yang semakin berkarat
Aku menyisir ingatan Kenangan itu semakin jauh dan rimpuh Pada seutas hati yang semakin rapuh Kau tetap bersandar dan terus tumbuh Kau utuh, tak akan menjadi separuh
Juli 2024
PUISI BASI
Aku memungut pecahan-pecahan hati Lalu kurangkai menjadi puisi basi Di luar jendela, angin menggerogoti daun-daun yang mati Langit pun menggigil, ia tampak pucat pasi
Aku berdiri di hadapan cermin Mengaca pada sepasang mata Rupanya aku lupa menata rasa Hingga binar sukmaku melayu dan tampak dahaga
Puisi basi menjelma elegi Tiap baitnya dipasung sunyi Huruf-huruf kupaksa berdiri Ciptakan kata dan rasa yang mati
Juli 2024
BALADA LARA
Aku menyulam senyum Pada bibir kaku yang membiru Kutelan mentah luka dan serapah Kulepas bebas riak amarah
Kemudian aku terombang-ambing Sayu mataku menopang pedih yang semakin mendidih Lembar hatiku penuh balada lara yang merintih Sudikah kau baca dan temaniku yang masih tertatih?
Juli 2024
Aisah Nur Oktavia
Lahir di Banyumas, Banyumas, 18 Oktober 2002. Kesehariannya aktif sebagai mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Jenderal Soedirman. Sudah sejak tahun 2013 belajar menulis sastra di Rumah Kreatif Wadas Kelir. Saat ini tinggal di Jalan Wadas Kelir Rt. 7 Rw. 5 Karangklesem Purwokerto Selatan.
1 komentar untuk “Sajak-sajak Aisah Nur Oktavia”
masyaallah cinta bisa menjadikan karya