Usai sarapan bersama, istri saya bercerita begini: dalam bukunya James Clear yang bertajuk Atomic Habit tertuliskan sebuah cerita. Kurang lebihnya begini. Ada seorang yang setiap hari berusaha memecahkan batu dengan alat pemukul besi. Batu itu terkenal karena sangat kuat. Jadi, banyak orang yang mencibir. Katanya: sungguh pekerjaan bodoh dan sia-sia memukuli batu itu. Pasti tidak akan pecah dan terbelah.
Tapi, pada suatu hari. Setelah pukulan yang ke ribuan kali, mendadak batu itu terbelah. Orang-orang pun bilang sungguh beruntung laki-laki itu. Batu itu terbelah karena keberuntungan, bukan karena kebiasaan memukulnya yang telah dilakukan ribuan kali.
Apakah demikian adanya?
Pertama, kebiasaan baik yang kita lakukan setiap hari, sering kali direspon tidak baik oleh banyak orang. Jangan pedulikan. Bahkan, kita sendiri juga sering mencibir diri sendiri dengan keraguan, kebosanan, bahkan kelelahan. Diri kita pun sering berkata ragu: untuk apa saya mengerjakan hal kecil yang tidak berguna ini? Ini semua cibiran, baik dari orang lain maupun diri kita sendiri.
Terhadap cibiran itu, kita akan punya dua kecenderungan: mengikuti cibiran tersebut, kita menggagalkan kebiasaan baik kita, dan gagal-lah kita mendapatkan kemanfaatan luar biasa atas kebiasaan baik kita. Atau, kita terus melakukan kebiasaan baik itu, sekalipun kebiasaan baik itu terasa tidak penting. Hasilnya, kita akan mendapatkan momentum puncak atas kebiasaan baik itu.
Kedua, setiap kebiasaan baik, apapun itu, sekalipun kecil, misalnya, hanya sekadar memukul batu, pasti akan ada momentumnya. Momentum ketika kita mendapatkan sesuatu yang indah dan menyenangkan buat kita. Sesuatu yang akan berdampak pada perubahan pandangan dan perilaku pada diri kita sendiri.
Misalnya, pukulan terhadap batu itu, yang dilakukan ribuan kali, pada akhirnya membuat batu itu terbelah. Usaha yang tidak sia-sia, sekalipun di mata orang lain itu tidak mungkin bisa. Momentum itulah yang kemudian mengubah diri kita. Kita jadi memiliki keyakinan yang baik. Keyakinan yang berujung mengubah kepribadian kita.
Saya punya pengalaman. Sejak tahun 2002, saya mulai intens membaca dan menulis. Membaca dan menulis apa saja. Terutama membaca novel dan menulis cerita-cerita anak. Saya pikir kebiasaan baik itu tidak akan berdampak karena yang saya baca hanya novel dan cerita-cerita anak. Saya juga sering dicibir, baca dan nulis begituan tidak akan membuat kita kaya dan sejahtera. Memang dipikir membaca novel dan menulis cerita tidak ada hubungannya dengan kaya dan sejahtera. Saya hampir goyah dan menggagalkan kebiasaan baik itu.
Tapi, karena saya suka, saya terus melakukan aktivitas baik yang tidak penting itu, membaca novel dan menulis cerita sampai sekarang. Tanpa saya duga, kebiasaan itu mematangkan pribadi saya dan menguatkan keterampilan saya. Bila saya jujur, saya bisa menyelesaikan sekolah sampai S-3, itu salah satunya bersumber dari novel-novel yang saya baca.
Banyak pelajaran hidup yang saya dapat. Banyak motivasi dan pengetahuan yang saya dapatkan. Sehingga semuanya mengubah hidup saya. Salah satunya motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan studi sampai S-3. Bisa jadi, pekerjaan yang saya dapat saat ini, mengajar di perguruan tinggi, salah satunya berasal dari kebiasaan membaca novel dan menulis cerita. Saya sangat meyakini hal itu.
Tidak sampai di situ, melalui kebiasaan baik menulis cerita anak, saya jadi punya keterampilan menulis cerita dan aktivitas anak. Sampai hari ini kebiasaan itu masih saya lakukan. Bahkan, saya sudah memandangnya sebagai pekerjaan saya. Kenapa? Karena melalui cerita dan aktivtas yang saya buat, saya bisa menerbitkan ratusan buku di Penerbit Gramedia Group. Saya pun mendapatkan penghasilan yang mendukung keuangan keluarga saya.
Ya, inilah kebiasaan baik, sekecil apapun, tetap seperti bom atom. Yang jika kalian lakukan berkali-kali, bahkan sampai ribuan dan jutaan kali. Kebiasaan baik yang kecil itu akan meledak dan menghancurkan kebiasaan buruk kita. Lalu, kita akan mendapatkan momentum hasilnya yang mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Ini hukumnya sebagaimana dijelaskan dalam buku Atomic Habit karya James Clear.
Hukumnya sederhana, berbuat baik itu mudah, tetapi terus berbuat baik (kontinu) itu susah. Dalam istilahnya anak muda, istiqomah itu berat, sebab jika ringan namanya istirahat! Tapi, dengan kesungguhan dan kedisiplinan kita pasti bisa. Jangan sampai dalam hidup kita tidak punya kebiasaan baik yang kita perjuangkan sekecil dan setidakpenting apapun.
(Heru Kurniawan, Relawan Rumah Kreatif Wadas Kelir).
Baca Juga: Jangan Minum Es!