Saya baru saja usai mengisi acara dengan bayaran lumayan besar. Seperti biasanya, saya langsung transfer uang ke berbagai pos kebutuhan keluarga. Mulai dari sekolah anak-anak, dapur istri, angsuran, listrik, PDAM, hingga infak rutin. Tinggal sedikitlah uang bayaranku. Hanya cukup untuk kebutuhanku saja.
Saya tersenyum lega.
Tapi, mendadak saya teringat orang tua saya di kampung. Duh, saya belum mengirim uang untuk ayah dan ibu saya. Saya pun ingin segera mentransfer, tetapi uang bayaran tinggal sedikit. Ini uang untuk keperluan sehari-hari saya.
Saya mendadak merasa menjadi sangat durhaka karena tidak berani memberikan uang ini pada orang tua saya. Untuk kebutuhan keluarga, sekolah anak, dan angsuran saja saya berani mentransfer dengan tanpa beban, tapi kenapa untuk orang tua, saya jadi begitu pelit. Masih merasa berat dan ragu untuk berkorban demi orang tua sendiri.
Dalam pertempuran hati inilah, mendadak sebuah chat masuk dari adik saya di kampung: Ayah dan Ibu butuh uang! Rasanya ribuan busur panah menembus jantung saya yang dikabuti pelit dan penuh perhitungan. Tanpa ba-bi-bu, saya langsung mentransfer semua uang yang tersisa pada orang tua saya. Saya kabari adik saya bahwa saya sudah transfer. Adik saya langsung membalas: Ayah dan ibu senyum-senyum bahagia.
Seketika, saya langsung meneteskan air mata. Bukan air mata bahagia karena telah memberi uang yang begitu berarti bagi saya untuk orang tua, tetapi menangis karena menyadari betapa saya sangat pelit, masih ragu untuk berkorban untuk orang tua saya sendiri. Padahal, orang tua saya telah memberikan semua yang terbaik untuk saya!
Dasar pelit! Saya terus meneteskan air mata.
1 komentar untuk “DASAR PELIT”
Semoga Allah memiberi rezeki yang lebih besar, supaya bisa memberi ayah dan ibu. Aamiin.